Sekilas tentang Spesifikasi iPhone 5


IPhone5black.png
       iPhone 5 tersedia dalam 3 pilihan memori internal, yaitu 16GB, 32GB, dan 64GB. Ketebalan hanya 7,6 mm dan bobot 112 g. Tubuhnya diselimuti materi kaca dan aluminium.
Apple melakukan perubahan besar pada ukuran layar iPhone 5 menjadi 4 inci dengan aspek rasio 16:9 sehingga fisiknya terlihat memanjang. Resolusi layarnya 1136 x 640 piksel dengan kerapatan 326 piksel per inci (ppi). Saturasi warnanya terlihat lebih baik dibanding iPhone 4S karena menggunakan sistem rendering sRGB penuh.
Untuk dapur pacu, iPhone 5 dibekali prosesor system on chip (SoC) A6. Apple mengklaim prosesor A6 memberi performa dan kualitas grafis lebih cepat dua kali lipat dibanding prosesor A5 pada iPhone 4S. Apple telah membekali iPhone 5 dengan sistem operasi mobile iOS terkini, yakni versi 6.
Kamera belakang iPhone 5 dibekali sensor 8 MP dan bukaan lensa f/2,4. Peningkatan terbesar dari sisi kamera adalah kemampuan menangkap gambar yang lebih cepat. Kamera belakangnya mampu merekam video beresolusi 1080p, sedangkan kamera depannya 720p.


 

Krisis Pangan Jadi Polemik Bangsa Indonesia


Beberapa tahun belakangan ini Indonesia dihadapkan pada krisis ketahanan pangan nasional. Banyak orang bertanya2, Indonesia kan negara agraris, mosok bisa kena krisis ketahanan pangan? Kita memang negara agraris, namun keberpihakan pemerintah terhadap para petani semakin berkurang dari tahun ke tahun.  Jika ini dibiarkan berlarut2 maka kita akan menjadi negara pengimpor pangan terbesar di dunia (untuk kasus beras sekarang sudah yang terbesar di dunia).
Saat ini ekspor produk pertanian dari negara2 maju cenderung meningkat, meskipun dihadapkan pada iklim yang tidak bersahabat. Ini berbanding terbalik dengan Indonesia yang justru menurun, hal ini dikarenakan ratio ketersediaan pangan terhadap pertumbuhan penduduk sangatlah kecil, sehingga sebagian besar produk pertanian tidak lagi diekspor tapi untuk memenuhi kebutuhan lokal. Ironisnya produk pertanian lokal terkadang malah tidak laku di masyarakat karena harganya yang lebih mahal dibanding produk pertanian sejenis yang di impor dari negara lain. Alhasil para petani pun enggan untuk mengembangkan usahanya, alih2 memperluas lahan, mereka justru menjual lahan pertanian mereka untuk perumahan ato industri yang menurut mereka lebih menguntungkan.
Opsi-opsi pemerintah mungkin cenderung dilematis, disaat harga kebutuhan pokok naik yang seharusnya menguntungkan petani/peternak, masyarakat kecil berteriak kelaparan, akhirnya pemerintah pun membuka keran impor sebesar2nya dan melakukan operasi pasar. Menurut saya operasi pasar terkadang justru kurang tepat sasaran. Seharusnya bentuk2 subsidi tersebut disalurkan langsung ke masyarakat yang membutuhkan dalam bentuk food stamp mirip dana BLT dengan kerjasama dengan pihak bank, di mana masyarakat yang tidak mampu sebelumnya telah terdaftar melalui RT/RW/Kelurahan setempat. Cara ini justru lebih efektif dan efesien dalam pemberian subsidi. Dengan cara ini pemerintah tidak merugikan petani dan bisa membantu masyarakat kecil terkait dengan naiknya harga kebutuhan pokok.
Food Trap juga menjadi salah satu faktor yang menggerogoti devisa negara dan membawa bangsa ini menjadi pengimpor pangan terbesar di dunia. Semenjak Amerika Serikat memberikan bantuan gandum dalam jumlah besar, dan diikuti dengan dibangunnya pabrik gandum terbesar sedunia di Indonesia, kita menjadi bangsa yang terjajah oleh gandum. Mie dan roti pun seakan tak lepas dari kehidupan kita sehari2. Sudah saatnya kita mulai melakukan diversifikasi pangan seperti negara Jepang yang menggunakan singkong sebagai bahan baku mie. Sebetulnya diversifikasi pangan sudah ada sejak dulu, misalnya penggunaan jagung di madura atau sagu di papua, namun sekarang yang nampak adalah berasisasi.
Negara2 maju melakukan proteksi terhadap petani2 mereka, proteksi itu bisa dalam bentuk insentif, ketersediaan penunjang pertanian, bahkan harga jual yang layak. Mungkin pemerintah bisa mulai meniru mereka, misalnya dengan menjamin ketersedian bibit murah, pupuk murah dan tidak menjatuhkan harga komoditi pertanian di tingkat petani. Bukankah petani juga bagian dari masyarakat Indonesia? ==> TANYA KENAPA??



 

Ketrampilan Menyimak ---> Tanya Siapa?



Perkembangan ilmu dan teknologi dalam era globalisasi ini banyak menuntut masyarakatnya untuk mampu menyimak berbagai informasi dengan cepat dan tepat, baik melalui berbagai media, radio, televisi, telepon, internet maupun melalui tatap muka secara langsung. Berbagai lembaga baik di lingkungan pemerintah maupun swasta, untuk memecahkan masalah, sering mendatangkan para pakar yang sesuai dengan bidang informasi yang dibutuhkannya. Pemecahan masalah itu melalui berbagai kegiatan seperti rapat, seminar, diskusi, ceramah, debat, simposium, dsb.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering pula harus menyimak, berita, cerita, pengumuman, laporan, dan sebagainya. Namun, tidak semua orang mampu menyimak dengan baik, pasdahal kemajuan masyarakat sangat tergantung pada kemampuan menyimak berbagai informasi anggota masyarakatnya. Jika seseorang banyak mendapatka informasi berarti orang itu meningkatkan pengetahuan, dan banyak pengetahuan berarti meningkatkan daya pikir.
Berbicara tentang keterampilan menyimak tidak dapat dipisahkan dari keterampilan bahasa yang lain, yaitu keterampilan berbicara, membaca, dan menulis. Keberhasilan seseorang dalam menyimak dapat diketahuai bagaimana penyimak memahami dan menyampaikan informasi secara lisan maupun tertulis. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan menyimak cukup kompleks jika penyimak ingin menangkap makna yang sesungguhnya dari simakan yang mungkin tidak seutuhnya tersirat , sehingga penyimak harus berusaha mengungkapkan hal-hal yang tersirat itu.
Oleh karena itu, penyimak perlu memiliki pengetahuan yang memadai tentang hal-hal yang berhubungan dengan materi simakan, artinya ia harus sering berlatih menyimak. Dengan demikian, berhasil tidaknya keterampilan siswa menyimak tidak lepas dari upaya guru dalam meningkatkan proses pembelajarannya. Hal ini dapat dilihat dari kepentingan keterampilan menyimak terhadap keterampilan bahasa yang lainnya, yakni: (1) keterampilan menyimak merupakan dasar yang cukup penting untuk keterampilan berbicara. Ada yang berbicara harus ada yang menyimak atau sebaliknya, keduanya saling membutuhkan, (2) keterampilan menyimak juga merupakan dasar bagi keterampilan membaca atau menulis, petunjuk-petunjuk disampaikan melalui bahasa lisan . Ini berarti mereka harus menyimak, (3) keterbatasan penguasaan kosakata pada saat menyimak akan menghambat kelancaran membaca dan menulis.
Berikut ini diuraikan secara singkat hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembelajaran menyimak yaitu: (1) Ciri-ciri penyimak yang baik, (2) Jenis-jenis menyimak, (3) Tahap-tahap menyimak, (4) Faktor yang mempengaruhi menyimak (5) Kendala dalam menyimak, (6)Teknik pembelajaran menyimak, (7) Materi menyimak SMP menurut Kurikulum 2004, (8) Penilaian menyimak.

Ciri-ciri Penyimak yang Baik

Penyimak yang baik adalah penyimak yang memiliki tiga sikap berikut ini (Suyono dan Kamijan 2002:17).
1. Bersikap objektif terhadap bahan simakan. Penyimak sebaiknya tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal di luar kegiatan menyimak, seperti pembicara, ruang, suasana, sarana, dan prasarana.
2. Bersikap kooperatif, penyimak harus bersia untuk bekerja sama dengan pembicara untuk keberhasilan komunikasi.
3. Bahan simakan harus komunikatif, berupa konsep, gagasan, dan informasi yang jelas.

Jenis-jenis Menyimak
Secara garis besar, Tarigan (1983;22) membagi menyimak menjadi dua jenis yakni: (1)menyimak ekstensif dan (2) menyimak intensif.
1. Menyimak ekstensif ialah proses menyimak yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti: menyimak radio, televisi, ercakapan orang di pasar, pengumuman, dan sebagainya.Ada beberapa jenis kegiatan menyimak ekstensif, antara lain: (a)menyimak sekunder yang terjadi secara kebetulan, (b) menyimak sosial yaitu menyimak masyarakat dalam kehidupan sosial, di pasar, di kantor pos, dan sebagainya, (c) menyimak estetika, ersifat apresiatif, dan (d) menyimak pasif, dilakukantanpa upaya sadar. Misalnya, seseorang mendengarkan bahasa daerah, setelah itu dalam kurun waktu dua atau tiga tahun berikutnya orang itu sudah dapatberbahasa daerah tersebut.
2. Menyimak Intensif
Menyimak intensif adalah kegiatan menyimak yang harus dilakukan dengan sungguh-sungguh, penuh konsentrasi untuk menangkap makna yang dikehendaki. Menyimak intensif ini memiliki ciri-ciri yang harus diperhatikan, yakni: (a) menyimak intensif adalah menyimak pemahaman, (b) menyimak intensif memerlukan konsentrasi tinggi, (c) menyimak intensif ialah memahami bahasa formal, (d) menyimak intesiof diakhiri dengan reproduksi bahan simakan. Jenis-jenis menyimak intensif terdiri atas: (a)menyimak kritis, (b) menyimak konsentratif, (c) menyimak eksploratif, (d) menyimak interogatif, (e) menyimak selektif, dan (f) menyimak kreatif.

Tahap-tahap Menyimak
Dalam kegiatan menyimak ada tahapan yang harus dilakukan oleh penyimak agar penyimak benar-benar memahami informasi yang disimaknya. Tahapan itu adalah: (a) tahap mendengar, (b) tahap memahami, (c) tahap menginterpretasi, dan (d) tahap mengevaluasi.
Faktor yang Mempengaruhi Menyimak
Faktor yang mempengaruhi menyimak menurut Hunt dalam Trigan(1990: 97)adalah: sikap, motivasi, pribadi, situasi kehidupan, dan peranan dalam masyarakat. Sementara Logan (dalam Tarigan 1990: 98) mengemukakan bahwa yang mempengaruhi menyimak adalah faktor lingkungan, fisik, psikologios, dan pengalaman. Selain itu, Webb (Tarigan 1990:97) menambahkan bahwa perbedaan jenis kelamin juga mempengaruhi menyimak.
Cara Meningkatkan Keterampilan Menyimak
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam meningkatkan keterampilan menyimak seperti berikut ini.
1. Bersikaplah secara positif
2. Bertindaklah responsif
3. Cegahlah gangguan-gangguan
4. Simaklah dan ungkaplah maksud pembicara
5. Carilah tanda-tanda yang akan datang
6. Carilah rangkuman pembicaraan terlebih dulu
7. Nilailah bahan-bahan penunjang
8. Carilah petunjuk-petunjuk nonverbal
Kendala dalam Menyimak
Russel dan Black dalam Tarigan (1990: 82-86) ada beberapa kendala dalam menyimak, seperti berikut ini.
1. Keegosentrisan
2. Keengganan ikut terlibat
3. Ketakutan akan perubahan
4. Keinginan menghindari pertanyaan
5. Puas terhadap penampilan eksternal
6. Pertimbangan yang prematur
7. Kebingungan semantik.

Teknik Pembelajaran Menyimak
Untuk meningkatkan pembelajaran keterampilan menyimak dan agar pembelajarannya menarik, ada beberapa teknik yang dapat dilakukan dalam proses belajar mengajar. Teknik-teknik itu antara lain sebagai berikut ini.

1. Simak Ulang- Ucap
Teknik simak-ulang ucap digunakan untuk memperkenalkan bunyi bahasa dengan pengucapan atau lafal yang tepat dan jelas. Gurui dapat mengucapkan atau memutar rekaman buyi bahasa tertentu seperti fonem, kata, kalimat, idiom, semboyan, kata-kata mutiara, dengan jelas dan intonasi yang tepat. Siswa menirukan. Teknik ini dapat dilakukan secaea individual, kelompok, dan klasikal.

2. Identifikasi Kata Kunci
Untuk menyimak kalimat yang panjang siswa perlu mencari kalimat intinya. Kalimat inti itu dapat dicari melalui beberapa kata kunci. Kata kunci itulah yang mewakili pengertian kalimat.

3. Parafrase
Guru menyiapkan sebuah puisi dan dibacakan atau diperdengarkan. Setelah menyimak siswa diharapkan dapat menceritakab kembali isi puisi tadi dengan kata-katanya sendiri.

4. Merangkum
Guru menyiapkan bahan simakan yang cukup panjang. Materi itu disampaikan secara lisan kepada siswa dan siswa menyimak. Setelah selesai menyimak siswa disuruh membuat rangkuman.

5.
Identifikasi Kalimat Topik
Setiap paragraf dalam wacana minimal mengandung dua unsur Yaitu: (a) kalimat tipok, (b) kalimat pengembang. Posisi kalimat topik dapat di awal, tengah, dan akhir.Setelah menyimak paragraf siswa disuruh mencari kalimat topiknya.

6. Menjawab Pertanyaan
Untuk memahami simakan yang agak panjang, guru dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menggali pemahaman siswa.

7. Bisik Berantai
Suatu pesan dapat dilakukan secara berantai. Mulai dari guru membisikkan pesan kepada siswa pertama dan dilanjutkan kepada siswa berikutnya sampai siswa terakhir. Siswa terakhir harus mengucapkannya dengan nyaring. Tugas guru adalah menilai apakah yang dibisikkan tadi sudah sesuai atau belum. Jika belum sesuai, bisikan dapat diulangi, jika sudah sesuai bisikan dapat diganti dengan topik yang lain.

8. Menyelesaikan Cerita
Guru memperdengarkan suatu cerita sampai selesai. Setelah siswa selesai menyimak, guru menyuruh seseorang untuk menceritakan kembali dengan kata-katanya sendiri. Sebelum selesai bercerita, guru menghentikan cerita siswa tadi dan menggantikan dengan siswa lain yang bertugas menyelesaikan cerita kawannya, begitu seterusnya sehingga cerita itu berakhir seperti yang disimaknya.
Model Pembelajaran Menyimak di SMP
Berdasarkan kompetensi dasar dan indikator pembelajaran menurut Kurikulum 2004 untuk SMP, materi pembelajaran keterampilan menyimak adalah sebagai berikut:
A. menyimak berita,
B. menyimak wawancara,
C. menyimak laporan perjalanan
D. menyimak pidato, dan
E. menyimak dialog.
Berikut disajikan contoh model pembelajaran menyimak dengan materi dan teknik penyajiannya.
A. Menyimak Berita
Berita merupakan kabar atau informasi yang disampaikan kepada orang lain. Penyampaian berita dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis baik langsung atau melalui berbagai media. Untuk pembelajaran menyimak, bahan simakan berita dapat diambil secara langsung dari penutur atau pembicara, diskusi, seminar,dsb., dan dapat pula diambil dari media radio, televisi, dsb.
Setelah siswa menyimak, selanjutnya siswa disuruh:
a. menuliskan pokok-pokok berita.
b. menuliskan isi berita, dan
c. memberi tanggapan.
Untuk penilaian menyimak berita, dapat dilihat dari (1) aspek kebahasaan yang terdiri atas indikator (a) nada/irama, (b) diksi, (c) struktur kalimat, dan (2) aspek nonkebahasaannya dengan indikatiornya: (a) penguasaan topik, (b) keberanian, (c) penalaran, dan (d) gerak/mimik. Masing-masing indikator diberi nilai/skor.
B. Menyimak Wawancara
Tujuan pembelajaran menyimak wawancara adalah melatih kepekaan siswa dalam menerima atau mencari informasi. Informasi ini dapat digunakan untuk mendukung keterampilan berbahasa yang lainnya seperti berbicara dan menulis.
Pembelajaran menyimak wawancara dapat dilakukan secara langsung atau dari rekaman kaset atau video. Setelah siswa menyimak, siswa ditugasi untuk memahami isi wawancara itu dengan cara berikut:
(a) mencatat hal-hal yang penting menarik,
(b) melaporkan hal-hal penting dan menarik,
(c) menyimpulkan isi wawancara.
Penilaian menyimak wawancara ini dapat dilakukan dengan melihat kemampuan :
!. Aspek kebahasaan :
(a) pemahaman isi
(b) ketepatan penangkapan isi
(c) ketahanan konsentrasi
2. Aspek pelaksanaan dan sikap:
(a) menghormati
(b) menghargai
(c) kritis
Masing-masing aspek/indikator diberi nilai/skor yang sudah ditentukan.
C. Menyimak Laporan Perjalanan
Laporan dari berbagai kegiatan memiliki ragam dan gaya bahasa berbeda-beda sesuai dengan jenis atau macam yang dilaporkan. Untuk laporan perjalanan (sesuai dengan Kurikulum 2004) biasanya sangat bersifat subjektif. Oleh karena itu biasanya laporan perjalanan memiliki diksi yang sangat bervariasi menurut pelapornya.
Materi simakan yang disajikan harus dipilih yang menarik dan tidak membosankan, sehingga siswa dapat mengikuti alur dan memahami isi laporan itu.
Setelah menyimak, siswa ditugasi (secara individu atau kelompok) untuk:
(a) menuliskan pokok laporan perjalanan,
(b) menuliskan kembali laporan perjalanan
(c) menanggapi laporan perjalanan.
Penilaian menyimak lapora perjalanan dapat dilihat dari :
1. Aspek kebahasaan:
(a) pemahaman isi
(b) kelogisan penafsiran
(c) ketahanan keionserntrasi
2. Aspek pelaksanaan dan sikap:
(a) menghargai
(b) kesungguhan
(c) kritis
Masing-masing aspek dan indikator diberi nilai dan skor yang sudah ditentukan.
D. Menyimak Pidato
Menyimak pidato adalah kegiatan untuk mendapatkan informasi dan juga menambah wawasan. Dengan bertambahnya pengetahuan dan wawasan seseorang akan lebih mampu berpikir dan bertindak.
Materi pidato dapat diambil secara langsung maupun melalui rekaman kaset atau video. Supaya simakan menarik perhatian siswa, sebaiknya materi memiliki persyaratan antara lain: (a) menarik, (b) aktual, (c) bahasanya komunikatif. Setelah siswa menyimak tugas siswa selanjutnya adalah :
(a) menjawab pertanyaan yang sudah disiapkan oleh guru,
(b) menemukan hal-hal yang penting dalam pidato,
(c) menyimpulkan isi pidato.
Penilaian menyimak pidato ini dapat dilakukan dengan melihat kemampuan siswa memahami pidato lewat aspek kebahasaan dan nonkebahasaan.
E. Menyimak Dialog
Tujuan menyimak dialog adalah siswa dapat memahami isi dialog baik yang tersurat maupun yang tersirat. Materi simakan dialog dapat diambil secara langsung atau rekaman. Agar menarik perhatian siswa, topik dialog bersifat aktual.
Setelah siswa menyimak dialog, selanjutnya siswa melakukan kegiatan berikut:
(a) mencatat hal-hal yang penting dalam dialog,
(b) menyatakan informasi tersrat dalam dialog,
(c) menyimpulkan isi dialog, dan
(d) mengomentari isi dialog dari narasumber.
Penilaian menyimak dialog dapat dilakukan dengan melihat kemampuan siswa melalui:
A. Aspek kebahasaan:
(a) pemahaman isi
(b) kelogisan berpikir
(c) vokalisasi
(d) struktur kalimat
B. Aspek pelaksanaan dan sikap:
(a) menghargai
(b) konsentrasi/kesungguhan
(c) kritis
(d) penalaran
Masing-masing aspek dan indikator diberi nilai dan skor yang sudah ditentukan.

DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud. 1985. Menyimak dan Pengajarannya. Jakarta: Universitas Terbuka.
Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP. Jakarta: Depdiknas.
_____. 2004. “Bahasa Sastra Indonesia Keterampilan Menyimak”. Bahan Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru SMP. Jakarta:Depdiknas.
Kamijan dan Suyono. 2002. Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Pelajaran Menyimak. Jakarta: Depdiknas.
Nurhadi dan Agus Gerald Senduk. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapan
Dalam KBK. Malang: Universitas Malang.
Subyakto N., Sri Utari. 1988. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta:Depdikbud.
Suyatno. 2004. Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya:SIC.
Tarigan, Henry Guntur. 1983. Menyimak Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
Underwood, Mary. 1989. Teaching Listening. London: Longman.







 

Tantangan dan Jawaban Ketahanan Pangan Nasional --> Tanya Kenapa??



Pemerintah telah mengupayakan solusi dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional. Seperti yang telah dilakukan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa, pemerintah mengalokasikan Rp 3 triliun untuk pangan dalam upaya ketahanan dan stabilitas pangan nasional. "Anggaran untuk pangan di APBN 2011 sebesar Rp3 triliun, terdiri dari anggaran untuk beras Rp1 triliun dan untuk meningkatkan ketahanan pangan Rp2 triliun," kata Menko Perekonomian Hatta Rajasa setelah rapat membahas masalah kehutanan di Kantor Menko Perekonomian. Menurut Hatta, konteks ketahanan pangan mencakup aspek yang luas, tidak hanya pada peningkatan produksi pangan tetapi juga menyangkut hal lain seperti kesejahteraan petani dan diversifikasi pangan3.Ia menyebutkan, diversifikasi pangan menjadi masalah penting karena tidak semua warga di Indonesia mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok (widgeo.net diakses pada 24 November 2010). Dalam hal ini ketahanan pangan sangat penting dalam mengatasi krisis pangan yang sedang dialami Indonesia untuk menjaga stabilitas pangan nasional.
Berperan dalam penyediaan pangan masyarakat. Keberhasilan dalam pemenuhan kebutuhan pangan pokok beras telah berperan secara strategis dalam penciptaan ketahanan pangan nasional (food security) yang sangat erat kaitannya dengan ketahanan sosial (socio security), stabilitas ekonomi, stabilitas politik, dan keamanan atau ketahanan nasional (national security).
Pemanfaatan pangan berbasis sumber daya lokal sebagai perwujudan cinta makanan khas daerah. Pemantapan ketahanan pangan mempunyai peran strategis dalam agenda pembangunan nasional karena : Pertama, akses terhadap pangan dengan gizi yang cukup merupakan hak yang paling asasi bagi manusia; Kedua, kualitas pangan dan gizi yang dikonsumsi merupakan unsur penentu yang penting bagi pembentukan sumberdaya manusia yang berkualitas: Ketiga, ketahanan pangan merupakan salah satu pilar utama yang menopang ketahanan ekonomi dan ketahanan nasional yang berkelanjutan. Dalam memenuhi hal tersebut, diperlukan ketersediaan pangan yang cukup setiap waktu, aman, bermutu, bergizi dan beragam dengan harga yang terjangkau oleh daya beli masyarakat, dan diutamakan berasal dari pangan lokal melalui program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP).

Catatan Penting dalam Strategi Perwujudan Ketahanan Pangan
Ketahanan pangan merupakan tantangan yang mendapatkan prioritas untuk mencapai kesejahteraan bangsa pada abad milenium ini. Apabila melihat penjelasan Peraturan Pangan (PP) no.68 tahun 2002 tersebut, upaya mewujudkan ketahanan pangan nasional harus bertumpu pada sumber daya pangan lokal yang mengandung keragaman antar daerah.
Dalam mengatasi krisis pangan yang dialami Indonesia, penulis mempunyai harapan dalam perwujudan ketahanan pangan salah satunya yaitu dengan melakukan pemanfaatan pangan berbasis sumber daya lokal yang mempunyai peran strategis dalam agenda pembangunan nasional karena : Pertama, akses terhadap pangan dengan gizi yang cukup merupakan hak yang paling asasi bagi manusia; Kedua, kualitas pangan dan gizi yang dikonsumsi merupakan unsur penentu yang penting bagi pembentukan sumberdaya manusia yang berkualitas: Ketiga, Ketahanan pangan merupakan salah satu pilar utama yang menopang ketahanan ekonomi dan ketahanan nasional yang berkelanjutan. Untuk memenuhi hal tersebut, diperlukan ketersediaan pangan yang cukup setiap waktu, aman, bermutu, bergizi dan beragam dengan harga yang terjangkau oleh daya beli masyarakat, dan diutamakan berasal dari pangan lokal melalui program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP). Perlu kita ketahui bahwa program penganekaragaman pangan sudah lama diluncurkan, namun masih ditemui permasalahan, beberapa diantaranya adalah adanya kecenderungan penurunan proporsi konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal dan lambatnya perkembangan, penyebaran dan penyerapan teknolongi pengolahan pangan lokal untuk meningkatkan kepraktisan dalam pengolahan, nilai gizi, nilai ekonomi, sosial, citra dan daya terima. Serta belum optimalnya pemberian insentif bagi dunia usaha dan masyarakat yang mengembangkan aneka produk olahan pangan lokal Untuk melihat susunan keragaman pangan yang didasarkan atas proporsi keseimbangan energi dari berbagai kelompok pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi baik dalam jumlah maupun mutu dengan mempertimbangkan segi daya terima, ketersediaan pangan, ekonomi, budaya dan agama dikenal dengan Pola Pangan Harapan (PPH).



 

Topografi dan Suksesi --> Apa itu?




Topografi
Studi tentang bentuk permukaan bumi dan objek lain seperti planet, satelit alami (bulan dan sebagainya), dan asteroid dapat disebut sebagai Topografi. Dalam pengertian yang lebih luas, topografi tidak hanya mengenai bentuk permukaan saja, tetapi juga vegetasi dan pengaruh manusia terhadap lingkungan, dan bahkan kebudayaan lokal. Topografi umumnya menyuguhkan relief permukaan, model tiga dimensi, dan identifikasi jenis lahan. Penggunaan kata topografi dimulai sejak zaman Yunani kuno dan berlanjut hingga Romawi kuno, sebagai detail dari suatu tempat. Kata itu datang dari kata Yunani, topos yang berarti tempat, dan graphia yang berarti tulisan.
Objek dari topografi adalah mengenai posisi suatu bagian dan secara umum menunjuk pada koordinat secara horizontal seperti garis lintang dan garis bujur, dan secara vertikal yaitu ketinggian. Mengidentifikasi jenis lahan juga termasuk bagian dari objek studi ini. Studi topografi dilakukan dengan berbagai alasan, diantaranya perencanaan militer dan eksplorasi geologi. Untuk kebutuhkan konstruksi sipil, pekerjaan umum, dan proyek reklamasi membutuhkan studi topografi yang lebih detail.

Suksesi
Suksesi yaitu suatu proses perubahan yang berjalan sedikit demi sedikit dalam suatu jangka waktu tertentu hingga terbentuk komunitas baru yang berbeda dengan komunitas semula. Suksesi terjadi karena modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem.
Akhir dari proses suksesi komunitas adalah terbntuknya suatu bentuk komuniitas klimaks. Komunitas klimaks adala komunitas terakhir dan stabil (tidak berubah) yang mencapai keseimbangan dengan lingkungannya. Komunitas klimaks ditandai dengan tercapainya keseimbangan yaitu suatu komunitas yang mampu mempertahankan kestabilan komponennya dan dapat bertahan dari berbagai perubahan dalam system secara keseluruhan.
Berdasarkan kondisi habitat pada awal suksesi, suksesi dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Suksesi primer
b. Suksesi sekunder.

Komunitas yang terdiri dari berbagai populasi bersifat dinamis dalam interaksinya yang berarti dalam ekosistem mengalami perubahan sepanjang masa. Perkembangan ekosistem menuju kedewasaan dan keseimbangan dikenal sebagai suksesi ekologis atau suksesi.
Suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem. Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem klimaks atau telah tercapai keadaan seimbang (homeostatis).

Di alam ini terdapat dua macam suksesi, yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder.
1. Suksesi primer

Suksesi primer terjadi bila komunitas asal terganggu. Gangguan ini mengakibatkan hilangnya komunitas asal tersebut secara total sehingga di tempat komunitas asal terbentuk habitat baru. Gangguan ini dapat terjadi secara alami, misalnya tanah longsor, letusan gunung berapi, endapan Lumpur yang baru di muara sungai, dan endapan pasir di pantai. Gangguan dapat pula karena perbuatan manusia misalnya penambangan timah, batubara, dan minyak bumi. Contoh yang terdapat di Indonesia adalah terbentuknya suksesi di Gunung Krakatau yang pernah meletus pada tahun 1883. Di daerah bekas letusan gunung Krakatau mula-mula muncul pioner berupa lumut kerak (liken) serta tumbuhan lumut yang tahan terhadap penyinaran matahari dan kekeringan. Tumbuhan perintis itu mulai mengadakan pelapukan pada daerah permukaan lahan, sehingga terbentuk tanah sederhana. Bila tumbuhan perintis mati maka akan mengundang datangnya pengurai. Zat yang terbentuk karma aktivitas penguraian bercampur dengan hasil pelapukan lahan membentuk tanah yang lebih kompleks susunannya. Dengan adanya tanah ini, biji yang datang dari luar daerah dapat tumbuh dengan subur. Kemudian rumput yang tahan kekeringan tumbuh. Bersamaan dengan itu tumbuhan herba pun tumbuh menggantikan tanaman pioner dengan menaunginya. Kondisi demikian tidak menjadikan pioner subur tapi sebaliknya.
Sementara itu, rumput dan belukar dengan akarnya yang kuat terns mengadakan pelapukan lahan.Bagian tumbuhan yang mati diuraikan oleh jamur sehingga keadaan tanah menjadi lebih tebal. Kemudian semak tumbuh. Tumbuhan semak menaungi rumput dan belukar maka terjadilah kompetisi. Lama kelamaan semak menjadi dominan kemudian pohon mendesak tumbuhan belukar sehingga terbentuklah hutan. Saat itulah ekosistem disebut mencapai kesetimbangan atau dikatakan ekosistem mencapai klimaks, yakni perubahan yang terjadi sangat kecil sehingga tidak banyak mengubah ekosistem itu.

2. Suksesi Sekunder
Suksesi sekunder terjadi bila suatu komunitas mengalami gangguan, baik secara alami maupun buatan. Gangguan tersebut tidak merusak total tempat tumbuh organisme sehingga dalam komunitas tersebut substrat lama dan kehidupan masih ada. Contohnya, gangguan alami misalnya banjir, gelombang taut, kebakaran, angin kencang, dan gangguan buatan seperti penebangan hutan dan pembakaran padang rumput dengan sengaja.
Contoh komunitas yang menimbulkan suksesi di Indonesia antara lain tegalan-tegalan, padang alang-alang, belukar bekas ladang, dan kebun karet yang ditinggalkan tak terurus.




 

Sistem Agroforestri -->Apa itu Agroforestry??




Alih fungsi lahan hutan menjadi lahan pertanian disadari menimbulkan banyak masalah seperti penurunan kesuburan tanah, erosi, kepunahan flora dan fauna, banjir, kekeringan dan bahkan perubahan lingkungan global. Masalah ini bertambah berat dari waktu ke waktu sejalan dengan meningkatnya luas areal hutan yang dikonversikan menjadi lahan usaha lain. Agroforestri adalah salah satu sistem pengelolaan lahan yang mungkin dapat ditawarkan untuk mengatasi masalah yang timbul akibat adanya alih fungsi lahan tersebut dan sekaligus untuk mengatasi masalah ketersediaan pangan.
Konsepsi “agroforestry” dirintis oleh suatu tim dari Canadian International Development Centre, yang bertugas untuk mengindentifikasi prioritas-prioritas pembangunan di bidang kehutanan di negara-negara berkembang dalam tahun 1970-an. Oleh tim ini dilaporkan bahwa hutan-hutan di negara tersebut belum cukup dimanfaatkan. Penelitian yang dilakukan di bidang kehutanan pun sebagian besar hanya ditujukan kepada dua aspek produksi kayu, yaitu eksploitasi secara selektif di hutan alam dan tanaman hutan secara terbatas.
Agroforestri diharapkan bermanfaat selain untuk mencegah perluasan tanah terdegradasi, melestarikan sumberdaya hutan, meningkatkan mutu pertanian serta menyempurnakan intensifikasi dan diversifikasi silvikultur. Sistem ini telah dipraktekan oleh petani di berbagai tempat di Indonesia selama berabad-abad, Dalam Bahasa Indonesia, kata Agroforestry dikenal dengan istilah wanatani atau agroforestri yang arti sederhananya adalah menanam pepohonan di lahan pertanian. Menurut De Foresta dan Michon (1997), agroforestri dapat dikelompokkan menjadi dua sistem, yaitu sistem agroforestri sederhana dan sistem agroforestri kompleks. Sistem agroforestri sederhana adalah suatu sistem pertanian dimana pepohonan ditanam secara tumpang-sari dengan satu atau lebih jenis tanaman semusim. Pepohonan bisa ditanam sebagai pagar mengelilingi petak lahan tanaman pangan, secara acak dalam petak lahan, atau dengan pola lain misalnya berbaris dalam larikan sehingga membentuk lorong/pagar.
Jenis-jenis pohon yang ditanam juga sangat beragam, bisa yang bernilai ekonomi tinggi misalnya kelapa, karet, cengkeh, kopi, kakao (coklat), nangka, melinjo, petai, jati dan mahoni atau yang bernilai ekonomi rendah seperti dadap, lamtoro dan kaliandra. Jenis tanaman semusim biasanya berkisar pada tanaman pangan yaitu padi (gogo), jagung, kedelai, kacang-kacangan, ubi kayu, sayursayuran dan rerumputan atau jenis-jenis tanaman lainnya.
Sistem agroforestri kompleks, adalah suatu sistem pertanian menetap yang melibatkan banyak jenis tanaman pohon (berbasis pohon) baik sengaja ditanam maupun yang tumbuh secara alami pada sebidang lahan dan dikelola petani mengikuti pola tanam dan ekosistem menyerupai hutan. Di dalam sistem ini, selain terdapat beraneka jenis pohon, juga tanaman perdu, tanaman memanjat (liana), tanaman musiman dan rerumputan dalam jumlah besar. Ciri utama dari sistem agroforestri kompleks ini adalah kenampakan fisik dan dinamika di dalamnya yang mirip dengan ekosistem hutan alam baik hutan primer maupun hutan sekunder, oleh karena itu sistem ini dapat pula disebut sebagai Agroforestri (Icraf dalam Hairiah et al. 2003).

Ruang Lingkup Agroforestri
Pada dasarnya agroforestri terdiri dari tiga komponen pokok yaitu kehutanan, pertanian dan peternakan (Hairiah et al, 2003). Penggabungan tiga komponen yang termasuk dalam agroforestri adalah:
         Agrisilvikultur = Kombinasi antara komponen atau kegiatan kehutanan (pepohonan, perdu, palem, bambu, dll.) dengan komponen pertanian.
         Silvopastura  = Kombinasi antara komponen atau kegiatan kehutanan dengan peternakan
         Agrosilvopastura = Kombinasi antara komponen atau kegiatan pertanian dengan kehutanan dan peternakan/hewan
Di samping ketiga kombinasi tersebut, Nair (1987) menambah sistem-sistem lainnya yang dapat dikategorikan sebagai agroforestri. Beberapa contoh yang menggambarkan sistem lebih spesifik yaitu:
         Silvofishery = kombinasi antara komponen atau kegiatan kehutanan dengan perikanan.
         Apiculture = budidaya lebah atau serangga yang dilakukan dalam kegiatan atau komponen kehutanan.
Tujuan akhir program agroforestri adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat petani, terutama yang di sekitar hutan, yaitu dengan memprioritaskan partisipasi aktif masyarakat dalam memperbaiki keadaan lingkungan yang rusak dan berlanjut dengan memeliharanya. Program-program agroforestri diarahkan pada peningkatan dan pelestarian produktivitas sumberdaya, yang akhirnya meningkatkan taraf hidup masyarakat (Anonim 1992).
Sistem Agroforestri Rehabilitasi Dan Perlindungan Lingkungan Peningkatan Produktivitas Lahan Perbaikan Sosial Ekonomi
Peningkatan Produktivitas Lahan Dengan Sistem Agroforestri 4 Tujuan tersebut diharapkan dapat dicapai dengan cara mengoptimalkan interaksi positif antara berbagai komponen penyusunnya (pohon, produksi tanaman pertanian, ternak/hewan) atau interaksi antara komponen-komponen tersebut dengan lingkungannya. Dalam kaitan ini ada beberapa keunggulan agroforestri dibandingkan sistem penggunaan lahan lainnya, yaitu dalam hal:
1. Produktivitas (Productivity): Dari hasil penelitian dibuktikan bahwa produk total sistem campuran dalam agroforestri jauh lebih tinggi dibandingkan pada monokultur (penanaman satu jenis). Adanya tanaman campuran memberikan keuntungan, karena kegagalan satu komponen/jenis tanaman akan dapat ditutup oleh keberhasilan komponen/jenis tanaman lainnya.
2. Diversitas (Diversity): Adanya pengkombinasian dua komponen atau lebih daripada sistem agroforestri menghasilkan diversitas (keragaman)  yang tinggi, baik menyangkut produk maupun jasa. Dengan demikian dari segi ekonomi dapat mengurangi risiko kerugian akibat fluktuasi harga pasar. Sedangkan dari segi ekologi dapat menghindarkan kegagalan fatal pemanen sebagaimana dapat terjadi pada penanaman satu jenis (monokultur).
3. Kemandirian (Self-regulation): Diversifikasi yang tinggi dalam agroforestri diharapkan mampu memenuhi kebutuhan pokok masyarakat, dan petani kecil dan sekaligus melepaskannya dari ketergantungan terhadap produk produk luar. Kemandirian sistem untuk berfungsi akan lebih baik dalam arti tidak memerlukan banyak input dari luar (a.l. pupuk, pestisida), dengan diversitas yang lebih tinggi daripada sistem monokultur
4. Stabilitas (Stability): Praktek agroforestri yang memiliki diversitas dan produktivitas yang optimal mampu memberikan hasil yang seimbang sepanjang pengusahaan lahan, sehingga dapat menjamin stabilitas (dan kesinambungan) pendapatan petani.




 

Contoh PKM-GT tentang "Metodologi Ketahanan Pangan dengan Peningkatan Kesholehan Sosial"



 
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang masalah
Pangan merupakan kebutuhan primer yang tidak dapat ditawar-tawar lagi pemenuhannya. Pengabaian atas kewajiban pemenuhan pangan merupakan pelanggaran hak asasi manusia, yang akan menimbulkan dampak serius baik dalam skala individu maupun pada tatanan stabilitas sebuah negara. Kendati merupakan kebutuhan primer, pengaturan atas pangan ternyata tidak lepas dari masalah. Krisis pangan adalah masalah yang sulit dihadapi bangsa Indonesia saat ini. Di atas tanah subur dan limpahan kekayaan alam ini, 13,8 juta jiwa atau sekitar 6% dari jumlah penduduk menderita rawan pangan (World Development Indicator, 2007).
Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dan tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman merata, dan terjangkau (Pasal 1 PP No.68 tahun 2002). Ketahanan pangan berarti adanya kemampuan mengakses pangan secara cukup untuk mempertahankan kehidupan yang sehat. Lebih jauh lagi, dalam konteks sebuah Negara. Ketahanan pangan suatu negeri tidaklah ditentukan dari melimpahnya ketersediaan pangan di negeri tersebut, melainkan dari kemampuan masyarakatnya untuk mencukupi kebutuhan pangan mereka, baik kualitas maupun kuantitasnya (aksesibilitas yang tinggi terhadap pangan).
Terpenuhinya hak masyarakat untuk memiliki kemampuan guna memproduksi kebutuhan pokok pangan secara mandiri merupakan hal yang amat penting disamping ketersediaan pangan nasional itu sendiri. Dengan terpenuhinya kebutuhan pangan secara mandiri, maka terpenuhinya gizi masyarakat akan cenderung lebih tinggi.
Ketergantungan penyediaan pangan pada impor mengakibatkan kemandirian akan kebutuhan pangan sangat kurang. Maka dari itu, diperlukan kemandirian pangan sehingga tercipta ketahanan pangan tanpa tergantung pada penyediaan pangan lewat impor karena ketahanan pangan yang kuat dicirikan oleh kemandirian pangan yang kuat.
1.2. Rumusan Masalah
Berikut permasalahan yang terkait dengan ketahanan pangan nasional, diantaranya:
1.      Bagaimana meningkatkan ketahanan pangan nasional sehingga terpenuhinya hak asasi masyarakat akan kebutuhan pangan?
2.      Bagaimana menekan nilai impor sehingga kebutuhan akan  ketersediaan pangan dapat tercukupi?
3.      Apakah kemandirian pangan dapat mengatasi krisis pangan nasional?
1.3. Tujuan
Berikut tujuan dari permasalahan yang terkait dengan ketahanan pangan nasional, yaitu:
1.        Terpenuhinya hak asasi masyarakat akan kebutuhan pangan dengan meningkatkan ketahanan pangan nasional.
2.        Untuk menekan nilai impor bahan pangan sehingga kebutuhan akan  ketersediaan pangan dapat tercukupi dari kemandirian pangan nasional.
3.        Untuk mengatasi krisis pangan nasional dengan menerapkan kemandirian terhadap terpenuhinya pangan nasional.
1.4. Kegunaan Penelitian
Akhir-akhir ini krisis pangan menjadi perbincangan pada berbagai kalangan, baik pada media cetak maupun media elektronik. Lemahnya ketahanan pangan nasional menjadi pemicu munculnya krisis pangan bangsa Indonesia, sehingga banyak terjadi kasus-kasus masyarakat yang kekurangan bahan pangan (kelaparan) dan kekurangan gizi (gizi buruk). Maka dari itu, perlu dijelaskan tentang kondisi bangsa Indonesia dalam hal ketahanan pangan dan solusi dalam menghadapi krisis pangan, sehingga akan muncul antisipasi secara berlanjut dalam menghadapi krisis pangan nasional.
Tulisan ini menyoroti tentang kasus-kasus mengenai ketahanan pangan nasional dan antisipasi dalam menghadapi krisis pangan tersebut. Diharapkan dengan adanya sorotan mengenai ketahanan pangan nasional, pemerintah dapat melakukan antisipasi dalam menangani masalah pangan dengan menerapkan pemanfaatan berbasis sumberdaya lokal(kemandirian pangan).


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ketahanan Pangan
Konsep ketahanan pangan mengacu pada pengertian adanya kemampuan mengakses pangan secara cukup untuk mempertahankan kehidupan yang aktif dan sehat. Ketahanan pangan merupakan konsep yang multidimensi meliputi mata rantai sistem pangan dan gizi, mulai dari produksi, distribusi, konsumsi, dan status gizi. Secara ringkas ketahanan pangan sebenarnya hanya menyangkut tiga hal penting, yaitu ketersediaan, akses, dan konsumsi pangan (Khomsan, 2008).
Pangan merupakan bahan-bahan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk mencukupi kebutuhan energi atau juga sumber gizi bagi tubuh. Kebutuhan pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling asasi (Budiyanto, 2002).
Definisi Formal ketahanan pangan :
1.             World Food Conference 1974, UN 1975: Ketahanan Pangan adalah “ketersediaan pangan dunia yang cukup dalam segala waktu … untuk menjaga keberlanjutan konsumsi pangan … dan menyeimbangkan fluktuasi produksi dan harga”.
2.             FAO 1992: Ketahanan Pangan adalah “situasi di mana semua orang dalam segala waktu memiliki kecukupan jumlah atas pangan yang aman (safe) dan bergizi demi kehidupan yang sehat dan aktif.
3.             World Bank 1996: Ketahanan Pangan adalah: “akses oleh semua orang pada segala waktu atas pangan yang cukup untuk kehidupan yang sehat dan aktif.
4.             Indonesia – UU No.7/1996: Ketahanan Pangan adalah :”Kondisi di mana terjadinya kecukupan penyediaan pangan bagi rumah tangga yang diukur dari ketercukupan pangan dalam hal jumlah dan kualitas dan juga adanya jaminan atas keamanan (safety), distribusi yang merata dan kemampuan membeli” (Lassa, 2005).

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pengumpulan data
Analisis penelitian didasarkan atas kasus-kasus yang sedang terjadi saat ini maupun pada masa-masa sebelumnya yang berhubungan dengan permasalahan pangan yang terjadi di Indonesia. Data dan fakta yang berhubungan dengan pembahasan tema ini berasal dan tahapan-tahapan pengumpulan data dengan pembacaan secara kritis terhadap ragam literatur yang berhubungan dengan tema pembahasan.
Teknik analisa data yang digunakan adalah analisa deskriptif kualitatif. Analisa deskriptif kualitatif adalah analisa yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat, dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan. Dengan adanya data-data yang diperoleh dari literatur (Library research), maka diperoleh informasi mengenai berbagai macam permasalahan serta fakta-fakta yang berhubungan dengan tema, sehingga akan diperoleh sebuah kesimpulan mengenai permasalahan dan antisipasinya.

BAB IV
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini, yang membahas tentang kemandirian pangan dalam mewujudkan stabilitas ketahanan pangan diketahui bahwa:
  1. Peran pemerintah sangat besar dalam mengatasi krisis pangan nasional.
  2. Kemandirian pangan dapat mengatasi krisis pangan nasional jangka panjang, sehingga tersedianya pangan dalam masyarakat dapat merata, cukup (jumlah, mutu, keamanan, keragaman), dan terjangkau pada setiap waktu.
3.      Ketergantungan bangsa Indonesia terhadap impor masih tinggi.
  1. Ketahanan pangan adalah tanggung jawab bersama (masyarakat dengan pemerintah).


BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Peran Pemerintah dalam Mengatasi Krisis Pangan Nasional
Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dan tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman merata, dan terjangkau.(Pasal 1 PP No.68 tahun 2002)
Ketahanan pangan berarti adanya kemampuan mengakses pangan secara cukup untuk mempertahankan kehidupan yang sehat. Lebih jauh lagi, dalam konteks sebuah Negara.
Kemampuan aksesibilitas masyarakat terhadap pangan merupakan hal yang amat penting disamping ketersediaan pangan itu sendiri. Ketahanan pangan suatu negeri tidaklah ditentukan dari melimpahnya ketersediaan pangan di negeri tersebut, melainkan dari kemampuan masyarakatnya untuk mencukupi kebutuhan pangan mereka, baik kualitas maupun kuantitasnya (aksesibilitas yang tinggi terhadap pangan).
Secara umum, gambaran ketersediaan dan potensi negeri ini dalam hal pangan adalah luar biasa besar. Letak astronomis Indonesia yang berada tepat pada khatulistiwa, memberi rahmat bagi negeri tropis ini. Matahari yang bersinar sepanjang tahun dengan curah hujan yang tinggi menjadikan Indonesia negeri subur makmur dengan keanekaragaman hayati yang mampu memberi makan penduduknya. Namun pada kenyataannya, kelaparan tetap saja terjadi. Hal ini mengindikasikan ada yang salah dengan pengaturan pangan negeri ini, distribusi pangan yang buruk adalah salah satunya.
Potensi plasma nutfah kedua terbesar di dunia yang dimiliki Indonesia menjadikan negeri ini mampu menghidupi dirinya sendiri tanpa harus tergantung terhadap pihak lain(negara lain). Optimalisasi potensi ini tentu dapat dilakukan sehingga Indonesia dapat memproduksi kebutuhan pokok pangan secara mandiri, tidak bergantung pada penyediaan bahan pangan dari impor. Oleh karena itu, kemandirian dalam menentukan kebijakan pertanian, baik dari sisi produksi untuk menjamin ketersediaan pangan, maupun dari sisi distribusi untuk menjamin aksesibilitas masyarakat terhadap pangan merupakan sesuatu yang mutlak dimiliki negeri ini. Negara harus mandiri dalam menentukan kebijakan negerinya sendiri,
Melihat fenomena saat ini, sudah waktunya bangsa Indonesia untuk mandiri. Kemandirian pangan ini justru harus dimulai dari pemerintah. Harus ada perubahan dari pemerintah Indonesia bahwa impor hanya bersifat pelengkap, namun bukan menjadi komponen pertama dan utama. Juga, bahwa impor harus terus-menerus dikurangi sehingga suatu saat nanti bisa mandiri, dan bukan malahan bertambah tiap tahunnya.
Pemerintah harus sungguh-sungguh mampu menghasilkan kebijakan yang propetani bila memang ingin melepaskan atau mengurangi ketergantungan terhadap impor. Kebijakan itu tentu saja adalah kebijakan yang komprehensif, dari hulu hingga ke hilir, dan bukan melulu membebankan kepada rakyat untuk beradaptasi dengan kenaikan harga dunia. Pemerintah harus mampu memberikan solusi sebagai bentuk tanggung jawabnya. Saat ini kita menyaksikan, tidak ada solusi jangka panjang dari pemerintah untuk mengatasi krisis pangan ini.
Demikian pula halnya dengan produksi. Lahan bagi produksi pertanian semakin tidak mencukupi akibat tingginya alih fungsi lahan, baik untuk industri, perumahan, dan properti. Kondisi ini semakin diperparah dengan mahalnya harga asupan pertanian, sementara harga jual produk pertanian tersebut cenderung rendah, belum lagi dengan kasus maraknya benih palsu akhir-akhir ini. Biaya produksi sama sekali tidak terjangkau oleh harga penjualan, sementara di sisi lain harga pangan impor dipandang lebih murah. Dari aspek distribusi juga demikian. Hasil produksi petani tidak lagi sepenuhnya dapat dikendalikan oleh petani, termasuk jalur distribusinya. Kondisi ini sungguh memprihatinkan bagi negara yang notabene masih merupakan negara agraris seperti Indonesia. Padahal, ketahanan pangan hanya bisa dicapai jika ada kecukupan lahan bagi produksi pangan, distribusi yang baik atas produksi pangan, serta ketersediaan pangan yang dikonsumsi.
Hal ini merupakan “pekerjaan rumah” bagi pemerintah yang tidak boleh ditunda lagi. Masalah pangan adalah masalah hakiki bagi rakyat. Pemenuhan hak rakyat atas pangan adalah tanggung jawab negara. Pemerintah perlu menyadari bahwa komitmen Indonesia terhadap liberalisasi perdagangan tidak serta merta meninggalkan tanggung-jawabnya untuk melindungi warga negaranya dari dampak negatif liberalisasi perdagangan itu sendiri. Kasus ini pasti akan berulang lagi di tahun-tahun mendatang jika pemerintah tidak sungguh-sungguh menjadikan pertanian sebagai prioritas pembangunan nasional. Ketahanan pangan pun hanya akan menjadi mimpi dan berakhir sebagai wacana yang terus menerus dipertanyakan ketika kejadian serupa muncul. Sektor pertanian jangan lagi dianaktirikan karena Indonesia masih lah sebuah negara agraris di mana tenaga kerja paling banyak masih berada pada sektor ini.


BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang terkait dengan kondisi ketahanan pangan di Indonesia, dapat disimpulkan bahwa:
1.    Dengan meningkatkan ketahanan pangan nasional maka hak asasi masyarakat akan kebutuhan pangan dapat terlaksana. peningkatan Stabilitas ketahanan pangan nasional dapat terwujud apabila peran pemerintah sebagai penentu kebijakan pangan dapat menerapkan kebijakan  yang koheren  untuk mengatisipasi permasalahan pangan yang sedang tejadi.
2.    Ketergantungan bangsa Indonesia terhadap impor, menjadikan masyarakat Indonesia semakin terpuruk dalam hal penyediaan bahan pangan terutama para petani. Nilai impor yang tinggi menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang tergantung dengan penyediaan bahan pangan dari negara lain. Selain itu ketergantungan bahan pangan dari impor menjadikan para petani enggan untuk meningkatkan produksi bahan pangan karena harga penjualan tak sebanding dengan inputnya(modal). Akibatnya produksi pertanian menjadi menurun, sehingga ketersediaan bahan pangan nasional semakin berkurang.
3.    Pemanfaatan pangan berbasis sumberdaya lokal menjadi solusi dalam mengatasi permasalahan pangan bangsa Indonesia saat ini. Kemandirian pangan dapat mengatasi permasalahan pangan secara berkelanjut, sehingga ketergantungan bangsa Indonesia terhadap impor akan berkurang, dan kesejahteraan masyarakat lebih terjamin.

6.2 Saran
Terkait dengan permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini, perlu dicanangkan progam baru yang relevan dan dapat berkelanjutan. Ketergantungan bahan pangan terhadap impor, menurunnya produksi pertanian harus menjadi sorotan utama bangsa ini. Peran pemerintah dalam mengatasi permasalahan pangan saat ini sangatlah penting. Kemandirian pangan dengan memanfaatkan sumberdayalokal sangat penting dalam  mengantisipasi permasalahan pangan saat ini.  Perlunya kebijakan  pemerintah dalam  menerapkan sistem kemandirian pangan guna mencukupi kebutuhan bahan pangan  nasional, sehingga kebutuhan bahan pangan masyarakatdapat tercukupi (jumlah, mutu, keamanan, keragaman), merata, dan terjangkau pada setiap waktu.


Daftar pustaka

 Anonim. 2010. Ketahanan dan Ketersediaan Pangan Indonesia. (On-line). http://mahasiswaekono miindonesia.blogspot.com/. Diakses pada 25 desember 2010
Anonymous. 2010. Ketahanan Pangan dan Kemajuan Bangsa. Retreived March 22, 2010 from http://www.prakarsa-rakyat.org/artikel/fokus/artikel_ cetak.php?aid=22721
Khomsan, Ali. 2008. Impor Beras, Ketahanan Pangan, dan Kemiskinan Petani. Retreived March 23, 2008. from http://www.unisosdem.org/ article_detail.php?aid
Lassa, Jonatan. Politik Ketahanan Pangan Indonesia 1950-2005. Retreived            March 22, 2008 from http://www.zef.de/
Martaja. 2008. Urgensi Membangun Kemandirian Pangan. Rtreived March 22,     2008 from http://www.suarakarya-online.com/news.htm
Una. 2008. Inflasi Tinggi Masih Mengancam. Retreived March 22, 2008 from            http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id







 
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Sahabat Merdeka - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger