Latest Post

Sekilas tentang Spesifikasi iPhone 5


IPhone5black.png
       iPhone 5 tersedia dalam 3 pilihan memori internal, yaitu 16GB, 32GB, dan 64GB. Ketebalan hanya 7,6 mm dan bobot 112 g. Tubuhnya diselimuti materi kaca dan aluminium.
Apple melakukan perubahan besar pada ukuran layar iPhone 5 menjadi 4 inci dengan aspek rasio 16:9 sehingga fisiknya terlihat memanjang. Resolusi layarnya 1136 x 640 piksel dengan kerapatan 326 piksel per inci (ppi). Saturasi warnanya terlihat lebih baik dibanding iPhone 4S karena menggunakan sistem rendering sRGB penuh.
Untuk dapur pacu, iPhone 5 dibekali prosesor system on chip (SoC) A6. Apple mengklaim prosesor A6 memberi performa dan kualitas grafis lebih cepat dua kali lipat dibanding prosesor A5 pada iPhone 4S. Apple telah membekali iPhone 5 dengan sistem operasi mobile iOS terkini, yakni versi 6.
Kamera belakang iPhone 5 dibekali sensor 8 MP dan bukaan lensa f/2,4. Peningkatan terbesar dari sisi kamera adalah kemampuan menangkap gambar yang lebih cepat. Kamera belakangnya mampu merekam video beresolusi 1080p, sedangkan kamera depannya 720p.


 

Krisis Pangan Jadi Polemik Bangsa Indonesia


Beberapa tahun belakangan ini Indonesia dihadapkan pada krisis ketahanan pangan nasional. Banyak orang bertanya2, Indonesia kan negara agraris, mosok bisa kena krisis ketahanan pangan? Kita memang negara agraris, namun keberpihakan pemerintah terhadap para petani semakin berkurang dari tahun ke tahun.  Jika ini dibiarkan berlarut2 maka kita akan menjadi negara pengimpor pangan terbesar di dunia (untuk kasus beras sekarang sudah yang terbesar di dunia).
Saat ini ekspor produk pertanian dari negara2 maju cenderung meningkat, meskipun dihadapkan pada iklim yang tidak bersahabat. Ini berbanding terbalik dengan Indonesia yang justru menurun, hal ini dikarenakan ratio ketersediaan pangan terhadap pertumbuhan penduduk sangatlah kecil, sehingga sebagian besar produk pertanian tidak lagi diekspor tapi untuk memenuhi kebutuhan lokal. Ironisnya produk pertanian lokal terkadang malah tidak laku di masyarakat karena harganya yang lebih mahal dibanding produk pertanian sejenis yang di impor dari negara lain. Alhasil para petani pun enggan untuk mengembangkan usahanya, alih2 memperluas lahan, mereka justru menjual lahan pertanian mereka untuk perumahan ato industri yang menurut mereka lebih menguntungkan.
Opsi-opsi pemerintah mungkin cenderung dilematis, disaat harga kebutuhan pokok naik yang seharusnya menguntungkan petani/peternak, masyarakat kecil berteriak kelaparan, akhirnya pemerintah pun membuka keran impor sebesar2nya dan melakukan operasi pasar. Menurut saya operasi pasar terkadang justru kurang tepat sasaran. Seharusnya bentuk2 subsidi tersebut disalurkan langsung ke masyarakat yang membutuhkan dalam bentuk food stamp mirip dana BLT dengan kerjasama dengan pihak bank, di mana masyarakat yang tidak mampu sebelumnya telah terdaftar melalui RT/RW/Kelurahan setempat. Cara ini justru lebih efektif dan efesien dalam pemberian subsidi. Dengan cara ini pemerintah tidak merugikan petani dan bisa membantu masyarakat kecil terkait dengan naiknya harga kebutuhan pokok.
Food Trap juga menjadi salah satu faktor yang menggerogoti devisa negara dan membawa bangsa ini menjadi pengimpor pangan terbesar di dunia. Semenjak Amerika Serikat memberikan bantuan gandum dalam jumlah besar, dan diikuti dengan dibangunnya pabrik gandum terbesar sedunia di Indonesia, kita menjadi bangsa yang terjajah oleh gandum. Mie dan roti pun seakan tak lepas dari kehidupan kita sehari2. Sudah saatnya kita mulai melakukan diversifikasi pangan seperti negara Jepang yang menggunakan singkong sebagai bahan baku mie. Sebetulnya diversifikasi pangan sudah ada sejak dulu, misalnya penggunaan jagung di madura atau sagu di papua, namun sekarang yang nampak adalah berasisasi.
Negara2 maju melakukan proteksi terhadap petani2 mereka, proteksi itu bisa dalam bentuk insentif, ketersediaan penunjang pertanian, bahkan harga jual yang layak. Mungkin pemerintah bisa mulai meniru mereka, misalnya dengan menjamin ketersedian bibit murah, pupuk murah dan tidak menjatuhkan harga komoditi pertanian di tingkat petani. Bukankah petani juga bagian dari masyarakat Indonesia? ==> TANYA KENAPA??



 

Ketrampilan Menyimak ---> Tanya Siapa?



Perkembangan ilmu dan teknologi dalam era globalisasi ini banyak menuntut masyarakatnya untuk mampu menyimak berbagai informasi dengan cepat dan tepat, baik melalui berbagai media, radio, televisi, telepon, internet maupun melalui tatap muka secara langsung. Berbagai lembaga baik di lingkungan pemerintah maupun swasta, untuk memecahkan masalah, sering mendatangkan para pakar yang sesuai dengan bidang informasi yang dibutuhkannya. Pemecahan masalah itu melalui berbagai kegiatan seperti rapat, seminar, diskusi, ceramah, debat, simposium, dsb.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering pula harus menyimak, berita, cerita, pengumuman, laporan, dan sebagainya. Namun, tidak semua orang mampu menyimak dengan baik, pasdahal kemajuan masyarakat sangat tergantung pada kemampuan menyimak berbagai informasi anggota masyarakatnya. Jika seseorang banyak mendapatka informasi berarti orang itu meningkatkan pengetahuan, dan banyak pengetahuan berarti meningkatkan daya pikir.
Berbicara tentang keterampilan menyimak tidak dapat dipisahkan dari keterampilan bahasa yang lain, yaitu keterampilan berbicara, membaca, dan menulis. Keberhasilan seseorang dalam menyimak dapat diketahuai bagaimana penyimak memahami dan menyampaikan informasi secara lisan maupun tertulis. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan menyimak cukup kompleks jika penyimak ingin menangkap makna yang sesungguhnya dari simakan yang mungkin tidak seutuhnya tersirat , sehingga penyimak harus berusaha mengungkapkan hal-hal yang tersirat itu.
Oleh karena itu, penyimak perlu memiliki pengetahuan yang memadai tentang hal-hal yang berhubungan dengan materi simakan, artinya ia harus sering berlatih menyimak. Dengan demikian, berhasil tidaknya keterampilan siswa menyimak tidak lepas dari upaya guru dalam meningkatkan proses pembelajarannya. Hal ini dapat dilihat dari kepentingan keterampilan menyimak terhadap keterampilan bahasa yang lainnya, yakni: (1) keterampilan menyimak merupakan dasar yang cukup penting untuk keterampilan berbicara. Ada yang berbicara harus ada yang menyimak atau sebaliknya, keduanya saling membutuhkan, (2) keterampilan menyimak juga merupakan dasar bagi keterampilan membaca atau menulis, petunjuk-petunjuk disampaikan melalui bahasa lisan . Ini berarti mereka harus menyimak, (3) keterbatasan penguasaan kosakata pada saat menyimak akan menghambat kelancaran membaca dan menulis.
Berikut ini diuraikan secara singkat hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembelajaran menyimak yaitu: (1) Ciri-ciri penyimak yang baik, (2) Jenis-jenis menyimak, (3) Tahap-tahap menyimak, (4) Faktor yang mempengaruhi menyimak (5) Kendala dalam menyimak, (6)Teknik pembelajaran menyimak, (7) Materi menyimak SMP menurut Kurikulum 2004, (8) Penilaian menyimak.

Ciri-ciri Penyimak yang Baik

Penyimak yang baik adalah penyimak yang memiliki tiga sikap berikut ini (Suyono dan Kamijan 2002:17).
1. Bersikap objektif terhadap bahan simakan. Penyimak sebaiknya tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal di luar kegiatan menyimak, seperti pembicara, ruang, suasana, sarana, dan prasarana.
2. Bersikap kooperatif, penyimak harus bersia untuk bekerja sama dengan pembicara untuk keberhasilan komunikasi.
3. Bahan simakan harus komunikatif, berupa konsep, gagasan, dan informasi yang jelas.

Jenis-jenis Menyimak
Secara garis besar, Tarigan (1983;22) membagi menyimak menjadi dua jenis yakni: (1)menyimak ekstensif dan (2) menyimak intensif.
1. Menyimak ekstensif ialah proses menyimak yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti: menyimak radio, televisi, ercakapan orang di pasar, pengumuman, dan sebagainya.Ada beberapa jenis kegiatan menyimak ekstensif, antara lain: (a)menyimak sekunder yang terjadi secara kebetulan, (b) menyimak sosial yaitu menyimak masyarakat dalam kehidupan sosial, di pasar, di kantor pos, dan sebagainya, (c) menyimak estetika, ersifat apresiatif, dan (d) menyimak pasif, dilakukantanpa upaya sadar. Misalnya, seseorang mendengarkan bahasa daerah, setelah itu dalam kurun waktu dua atau tiga tahun berikutnya orang itu sudah dapatberbahasa daerah tersebut.
2. Menyimak Intensif
Menyimak intensif adalah kegiatan menyimak yang harus dilakukan dengan sungguh-sungguh, penuh konsentrasi untuk menangkap makna yang dikehendaki. Menyimak intensif ini memiliki ciri-ciri yang harus diperhatikan, yakni: (a) menyimak intensif adalah menyimak pemahaman, (b) menyimak intensif memerlukan konsentrasi tinggi, (c) menyimak intensif ialah memahami bahasa formal, (d) menyimak intesiof diakhiri dengan reproduksi bahan simakan. Jenis-jenis menyimak intensif terdiri atas: (a)menyimak kritis, (b) menyimak konsentratif, (c) menyimak eksploratif, (d) menyimak interogatif, (e) menyimak selektif, dan (f) menyimak kreatif.

Tahap-tahap Menyimak
Dalam kegiatan menyimak ada tahapan yang harus dilakukan oleh penyimak agar penyimak benar-benar memahami informasi yang disimaknya. Tahapan itu adalah: (a) tahap mendengar, (b) tahap memahami, (c) tahap menginterpretasi, dan (d) tahap mengevaluasi.
Faktor yang Mempengaruhi Menyimak
Faktor yang mempengaruhi menyimak menurut Hunt dalam Trigan(1990: 97)adalah: sikap, motivasi, pribadi, situasi kehidupan, dan peranan dalam masyarakat. Sementara Logan (dalam Tarigan 1990: 98) mengemukakan bahwa yang mempengaruhi menyimak adalah faktor lingkungan, fisik, psikologios, dan pengalaman. Selain itu, Webb (Tarigan 1990:97) menambahkan bahwa perbedaan jenis kelamin juga mempengaruhi menyimak.
Cara Meningkatkan Keterampilan Menyimak
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam meningkatkan keterampilan menyimak seperti berikut ini.
1. Bersikaplah secara positif
2. Bertindaklah responsif
3. Cegahlah gangguan-gangguan
4. Simaklah dan ungkaplah maksud pembicara
5. Carilah tanda-tanda yang akan datang
6. Carilah rangkuman pembicaraan terlebih dulu
7. Nilailah bahan-bahan penunjang
8. Carilah petunjuk-petunjuk nonverbal
Kendala dalam Menyimak
Russel dan Black dalam Tarigan (1990: 82-86) ada beberapa kendala dalam menyimak, seperti berikut ini.
1. Keegosentrisan
2. Keengganan ikut terlibat
3. Ketakutan akan perubahan
4. Keinginan menghindari pertanyaan
5. Puas terhadap penampilan eksternal
6. Pertimbangan yang prematur
7. Kebingungan semantik.

Teknik Pembelajaran Menyimak
Untuk meningkatkan pembelajaran keterampilan menyimak dan agar pembelajarannya menarik, ada beberapa teknik yang dapat dilakukan dalam proses belajar mengajar. Teknik-teknik itu antara lain sebagai berikut ini.

1. Simak Ulang- Ucap
Teknik simak-ulang ucap digunakan untuk memperkenalkan bunyi bahasa dengan pengucapan atau lafal yang tepat dan jelas. Gurui dapat mengucapkan atau memutar rekaman buyi bahasa tertentu seperti fonem, kata, kalimat, idiom, semboyan, kata-kata mutiara, dengan jelas dan intonasi yang tepat. Siswa menirukan. Teknik ini dapat dilakukan secaea individual, kelompok, dan klasikal.

2. Identifikasi Kata Kunci
Untuk menyimak kalimat yang panjang siswa perlu mencari kalimat intinya. Kalimat inti itu dapat dicari melalui beberapa kata kunci. Kata kunci itulah yang mewakili pengertian kalimat.

3. Parafrase
Guru menyiapkan sebuah puisi dan dibacakan atau diperdengarkan. Setelah menyimak siswa diharapkan dapat menceritakab kembali isi puisi tadi dengan kata-katanya sendiri.

4. Merangkum
Guru menyiapkan bahan simakan yang cukup panjang. Materi itu disampaikan secara lisan kepada siswa dan siswa menyimak. Setelah selesai menyimak siswa disuruh membuat rangkuman.

5.
Identifikasi Kalimat Topik
Setiap paragraf dalam wacana minimal mengandung dua unsur Yaitu: (a) kalimat tipok, (b) kalimat pengembang. Posisi kalimat topik dapat di awal, tengah, dan akhir.Setelah menyimak paragraf siswa disuruh mencari kalimat topiknya.

6. Menjawab Pertanyaan
Untuk memahami simakan yang agak panjang, guru dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menggali pemahaman siswa.

7. Bisik Berantai
Suatu pesan dapat dilakukan secara berantai. Mulai dari guru membisikkan pesan kepada siswa pertama dan dilanjutkan kepada siswa berikutnya sampai siswa terakhir. Siswa terakhir harus mengucapkannya dengan nyaring. Tugas guru adalah menilai apakah yang dibisikkan tadi sudah sesuai atau belum. Jika belum sesuai, bisikan dapat diulangi, jika sudah sesuai bisikan dapat diganti dengan topik yang lain.

8. Menyelesaikan Cerita
Guru memperdengarkan suatu cerita sampai selesai. Setelah siswa selesai menyimak, guru menyuruh seseorang untuk menceritakan kembali dengan kata-katanya sendiri. Sebelum selesai bercerita, guru menghentikan cerita siswa tadi dan menggantikan dengan siswa lain yang bertugas menyelesaikan cerita kawannya, begitu seterusnya sehingga cerita itu berakhir seperti yang disimaknya.
Model Pembelajaran Menyimak di SMP
Berdasarkan kompetensi dasar dan indikator pembelajaran menurut Kurikulum 2004 untuk SMP, materi pembelajaran keterampilan menyimak adalah sebagai berikut:
A. menyimak berita,
B. menyimak wawancara,
C. menyimak laporan perjalanan
D. menyimak pidato, dan
E. menyimak dialog.
Berikut disajikan contoh model pembelajaran menyimak dengan materi dan teknik penyajiannya.
A. Menyimak Berita
Berita merupakan kabar atau informasi yang disampaikan kepada orang lain. Penyampaian berita dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis baik langsung atau melalui berbagai media. Untuk pembelajaran menyimak, bahan simakan berita dapat diambil secara langsung dari penutur atau pembicara, diskusi, seminar,dsb., dan dapat pula diambil dari media radio, televisi, dsb.
Setelah siswa menyimak, selanjutnya siswa disuruh:
a. menuliskan pokok-pokok berita.
b. menuliskan isi berita, dan
c. memberi tanggapan.
Untuk penilaian menyimak berita, dapat dilihat dari (1) aspek kebahasaan yang terdiri atas indikator (a) nada/irama, (b) diksi, (c) struktur kalimat, dan (2) aspek nonkebahasaannya dengan indikatiornya: (a) penguasaan topik, (b) keberanian, (c) penalaran, dan (d) gerak/mimik. Masing-masing indikator diberi nilai/skor.
B. Menyimak Wawancara
Tujuan pembelajaran menyimak wawancara adalah melatih kepekaan siswa dalam menerima atau mencari informasi. Informasi ini dapat digunakan untuk mendukung keterampilan berbahasa yang lainnya seperti berbicara dan menulis.
Pembelajaran menyimak wawancara dapat dilakukan secara langsung atau dari rekaman kaset atau video. Setelah siswa menyimak, siswa ditugasi untuk memahami isi wawancara itu dengan cara berikut:
(a) mencatat hal-hal yang penting menarik,
(b) melaporkan hal-hal penting dan menarik,
(c) menyimpulkan isi wawancara.
Penilaian menyimak wawancara ini dapat dilakukan dengan melihat kemampuan :
!. Aspek kebahasaan :
(a) pemahaman isi
(b) ketepatan penangkapan isi
(c) ketahanan konsentrasi
2. Aspek pelaksanaan dan sikap:
(a) menghormati
(b) menghargai
(c) kritis
Masing-masing aspek/indikator diberi nilai/skor yang sudah ditentukan.
C. Menyimak Laporan Perjalanan
Laporan dari berbagai kegiatan memiliki ragam dan gaya bahasa berbeda-beda sesuai dengan jenis atau macam yang dilaporkan. Untuk laporan perjalanan (sesuai dengan Kurikulum 2004) biasanya sangat bersifat subjektif. Oleh karena itu biasanya laporan perjalanan memiliki diksi yang sangat bervariasi menurut pelapornya.
Materi simakan yang disajikan harus dipilih yang menarik dan tidak membosankan, sehingga siswa dapat mengikuti alur dan memahami isi laporan itu.
Setelah menyimak, siswa ditugasi (secara individu atau kelompok) untuk:
(a) menuliskan pokok laporan perjalanan,
(b) menuliskan kembali laporan perjalanan
(c) menanggapi laporan perjalanan.
Penilaian menyimak lapora perjalanan dapat dilihat dari :
1. Aspek kebahasaan:
(a) pemahaman isi
(b) kelogisan penafsiran
(c) ketahanan keionserntrasi
2. Aspek pelaksanaan dan sikap:
(a) menghargai
(b) kesungguhan
(c) kritis
Masing-masing aspek dan indikator diberi nilai dan skor yang sudah ditentukan.
D. Menyimak Pidato
Menyimak pidato adalah kegiatan untuk mendapatkan informasi dan juga menambah wawasan. Dengan bertambahnya pengetahuan dan wawasan seseorang akan lebih mampu berpikir dan bertindak.
Materi pidato dapat diambil secara langsung maupun melalui rekaman kaset atau video. Supaya simakan menarik perhatian siswa, sebaiknya materi memiliki persyaratan antara lain: (a) menarik, (b) aktual, (c) bahasanya komunikatif. Setelah siswa menyimak tugas siswa selanjutnya adalah :
(a) menjawab pertanyaan yang sudah disiapkan oleh guru,
(b) menemukan hal-hal yang penting dalam pidato,
(c) menyimpulkan isi pidato.
Penilaian menyimak pidato ini dapat dilakukan dengan melihat kemampuan siswa memahami pidato lewat aspek kebahasaan dan nonkebahasaan.
E. Menyimak Dialog
Tujuan menyimak dialog adalah siswa dapat memahami isi dialog baik yang tersurat maupun yang tersirat. Materi simakan dialog dapat diambil secara langsung atau rekaman. Agar menarik perhatian siswa, topik dialog bersifat aktual.
Setelah siswa menyimak dialog, selanjutnya siswa melakukan kegiatan berikut:
(a) mencatat hal-hal yang penting dalam dialog,
(b) menyatakan informasi tersrat dalam dialog,
(c) menyimpulkan isi dialog, dan
(d) mengomentari isi dialog dari narasumber.
Penilaian menyimak dialog dapat dilakukan dengan melihat kemampuan siswa melalui:
A. Aspek kebahasaan:
(a) pemahaman isi
(b) kelogisan berpikir
(c) vokalisasi
(d) struktur kalimat
B. Aspek pelaksanaan dan sikap:
(a) menghargai
(b) konsentrasi/kesungguhan
(c) kritis
(d) penalaran
Masing-masing aspek dan indikator diberi nilai dan skor yang sudah ditentukan.

DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud. 1985. Menyimak dan Pengajarannya. Jakarta: Universitas Terbuka.
Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP. Jakarta: Depdiknas.
_____. 2004. “Bahasa Sastra Indonesia Keterampilan Menyimak”. Bahan Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru SMP. Jakarta:Depdiknas.
Kamijan dan Suyono. 2002. Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Pelajaran Menyimak. Jakarta: Depdiknas.
Nurhadi dan Agus Gerald Senduk. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapan
Dalam KBK. Malang: Universitas Malang.
Subyakto N., Sri Utari. 1988. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta:Depdikbud.
Suyatno. 2004. Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya:SIC.
Tarigan, Henry Guntur. 1983. Menyimak Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
Underwood, Mary. 1989. Teaching Listening. London: Longman.







 

Tantangan dan Jawaban Ketahanan Pangan Nasional --> Tanya Kenapa??



Pemerintah telah mengupayakan solusi dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional. Seperti yang telah dilakukan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa, pemerintah mengalokasikan Rp 3 triliun untuk pangan dalam upaya ketahanan dan stabilitas pangan nasional. "Anggaran untuk pangan di APBN 2011 sebesar Rp3 triliun, terdiri dari anggaran untuk beras Rp1 triliun dan untuk meningkatkan ketahanan pangan Rp2 triliun," kata Menko Perekonomian Hatta Rajasa setelah rapat membahas masalah kehutanan di Kantor Menko Perekonomian. Menurut Hatta, konteks ketahanan pangan mencakup aspek yang luas, tidak hanya pada peningkatan produksi pangan tetapi juga menyangkut hal lain seperti kesejahteraan petani dan diversifikasi pangan3.Ia menyebutkan, diversifikasi pangan menjadi masalah penting karena tidak semua warga di Indonesia mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok (widgeo.net diakses pada 24 November 2010). Dalam hal ini ketahanan pangan sangat penting dalam mengatasi krisis pangan yang sedang dialami Indonesia untuk menjaga stabilitas pangan nasional.
Berperan dalam penyediaan pangan masyarakat. Keberhasilan dalam pemenuhan kebutuhan pangan pokok beras telah berperan secara strategis dalam penciptaan ketahanan pangan nasional (food security) yang sangat erat kaitannya dengan ketahanan sosial (socio security), stabilitas ekonomi, stabilitas politik, dan keamanan atau ketahanan nasional (national security).
Pemanfaatan pangan berbasis sumber daya lokal sebagai perwujudan cinta makanan khas daerah. Pemantapan ketahanan pangan mempunyai peran strategis dalam agenda pembangunan nasional karena : Pertama, akses terhadap pangan dengan gizi yang cukup merupakan hak yang paling asasi bagi manusia; Kedua, kualitas pangan dan gizi yang dikonsumsi merupakan unsur penentu yang penting bagi pembentukan sumberdaya manusia yang berkualitas: Ketiga, ketahanan pangan merupakan salah satu pilar utama yang menopang ketahanan ekonomi dan ketahanan nasional yang berkelanjutan. Dalam memenuhi hal tersebut, diperlukan ketersediaan pangan yang cukup setiap waktu, aman, bermutu, bergizi dan beragam dengan harga yang terjangkau oleh daya beli masyarakat, dan diutamakan berasal dari pangan lokal melalui program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP).

Catatan Penting dalam Strategi Perwujudan Ketahanan Pangan
Ketahanan pangan merupakan tantangan yang mendapatkan prioritas untuk mencapai kesejahteraan bangsa pada abad milenium ini. Apabila melihat penjelasan Peraturan Pangan (PP) no.68 tahun 2002 tersebut, upaya mewujudkan ketahanan pangan nasional harus bertumpu pada sumber daya pangan lokal yang mengandung keragaman antar daerah.
Dalam mengatasi krisis pangan yang dialami Indonesia, penulis mempunyai harapan dalam perwujudan ketahanan pangan salah satunya yaitu dengan melakukan pemanfaatan pangan berbasis sumber daya lokal yang mempunyai peran strategis dalam agenda pembangunan nasional karena : Pertama, akses terhadap pangan dengan gizi yang cukup merupakan hak yang paling asasi bagi manusia; Kedua, kualitas pangan dan gizi yang dikonsumsi merupakan unsur penentu yang penting bagi pembentukan sumberdaya manusia yang berkualitas: Ketiga, Ketahanan pangan merupakan salah satu pilar utama yang menopang ketahanan ekonomi dan ketahanan nasional yang berkelanjutan. Untuk memenuhi hal tersebut, diperlukan ketersediaan pangan yang cukup setiap waktu, aman, bermutu, bergizi dan beragam dengan harga yang terjangkau oleh daya beli masyarakat, dan diutamakan berasal dari pangan lokal melalui program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP). Perlu kita ketahui bahwa program penganekaragaman pangan sudah lama diluncurkan, namun masih ditemui permasalahan, beberapa diantaranya adalah adanya kecenderungan penurunan proporsi konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal dan lambatnya perkembangan, penyebaran dan penyerapan teknolongi pengolahan pangan lokal untuk meningkatkan kepraktisan dalam pengolahan, nilai gizi, nilai ekonomi, sosial, citra dan daya terima. Serta belum optimalnya pemberian insentif bagi dunia usaha dan masyarakat yang mengembangkan aneka produk olahan pangan lokal Untuk melihat susunan keragaman pangan yang didasarkan atas proporsi keseimbangan energi dari berbagai kelompok pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi baik dalam jumlah maupun mutu dengan mempertimbangkan segi daya terima, ketersediaan pangan, ekonomi, budaya dan agama dikenal dengan Pola Pangan Harapan (PPH).



 
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Sahabat Merdeka - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger